Di Balik Senja
Oleh Khairul
Azan, Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau
Kabupaten Bengkalis
Sore itu aku pulang lebih awal dari jam pulang kantor
sebelumnya. Mencoba untuk membenarkan nasihat teman-teman bahwa tubuh kita juga
butuh diperhatikan. Apalagi sore itu adalah puasa ke dua bagi umat muslim di
dunia. Ini merupakan kesempatan untuk memberikan peluang bagi diri untuk
sejenak meninggal pekerjaan yang kadangkala menjadi beban.
Seperti kebiasaan masyarakat ditempat tinggalku ada istilah
ngabu burit di bulan Ramadhan. Barangkali istilah ini juga dikenal di daerah
lain. Ngabu burit adalah aktivitas untuk mengisi waktu luang menjelang buka
puasa dengan cara jalan-jalan kemanapun kita suka. Biasanya orang-orang
berkendaraan kesana kemari sambil mencari takjil untuk berbuka. Oleh karena itu
aku juga ikut cara mereka yaitu “ngabu burit”. Hanya saja jika kebanyakan
orang-orang berkendaraan kesana kemari, aku lebih memilih untuk berdiam dan
duduk santai ditepi pantai sambil menunggu senja menghampiri dan azan
dikumadandangkan yang menandakan buka puasa telah sampai. Entah kenapa dari
dulu aku memang suka sesuatu yang berbicara laut. Kebetulan tempat tinggalku
dikelilingi oleh laut.
Kala itu senja begitu indah. Warna kuning temaram yang
dipancarkan matahari membuat langit terlihat sangat menarik dan eksotis.
Mentari terbenam untuk kembali keperaduan sang pemilik alam. Terbenamnya
matahari mengingatkan diri bahwa kita hidup di dunia ini tidaklah abadi. Apa
yang kita miliki, kekuasaan, harta yang berlimpah, pendidikan yang tinggi,
semuanya akan hilang ketika waktunya telah datang. Lihatlah matahari, ia adalah
raja di siang hari, tak ada yang mampu menandingi sinar terik yang dipancarkan.
Namun sampai waktunya, senja tiba iapun hilang tak berbekas yang disambut
pekatnya malam yang mengganti. Begitulah hidup kita. Ketika kita
berbangga-bangga dengan jabatan yang dimiliki, dan kesenangan duniawi lainnya,
menganggap itu selamanya dengan kita, tentu saja itu keliru. Ingat itu semua tidaklah
abadi, sampai waktunya akan kembali kepada sang pemberi.
Di balik senja ada kelam yang menyosong pertanda malam kembali
tiba. Melihat malam mengajarkan diri tentang sebuah pengharapan yang selalu ada
meski kelamnya kehidupan yang melanda. Lihatlah malam. Meski begitu kelam dan
kemaren menghilang namun hari ini ia kembali hadir dalam kehidupan kita. Memberikan
ruang kepada kalilawar dan makhluk malam lainnya untuk mencari rizki. Demikian jugalah
kita dalam menjalani hidup ini. Jangan beputus asa atas kegagalam kita hari
ini. Yakinlah bahwa esok masih ada kesempatan untuk meraihnya. Dengan semangat
baru gapailah mimpi-mimpimu.
Tidak ada komentar