Upaya Memperkecil Kesenjangan Kompetensi Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan dengan Tuntutan Dunia Industri
Saat ini banyak lulusan sekolah umum menganggur lantaran para alumni tidak memiliki keahlian. Yang memprihatinkan yaitu makin banyak pengangguran terdidik. Untuk itu maka perlunya alternatif dengan memperluas sekolah vokasi semacam sekolah kejuruan. Berikut ini merupakan artikel yang menguraikan sekolah kejuruan dalam rangka memnciptakan skill siswa yang ditulis oleh Nugroho Wibowo yang diterbitkan jurnal pendidikan teknologi dan kejuruan UNY. Berikut ringkasan artikel yang ia tulis.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu pemegang peranan penting dalam penyiapan tenaga kerja dituntut untuk selalu dapat mengikuti kebutuhan pasar yang terus berkembang. Sekolah yang ada di Indonesia belum membentuk lulusan yang mempunyai dua keterampilan yaitu hard skills dan soft skills dan pada akhirnya lulusannya akan sulit bersaing di dunia kerja.Dalam menyiapkan tenaga kerja yang berkompeten sesuai harapan industri, SMK dapat melaksanakan program-program kegiatan yaitu: (1) program teaching factory; (2) Jalinan kerjasama dengan industri yang berbentuk: pengelolaan prakerin yang baik, magang (on the job training), pengelolaan kunjungan industri, rekruitmen tenaga kerja, penyelenggaraan kelas industri; dan (3) Penyuluhan dan pembinaan dari stake holder terkait dengan ketenagakerjaan.
Full paper dapat diunduh di sini https://journal.uny.ac.id/index.php/jptk/article/view/9354
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu pemegang peranan penting dalam penyiapan tenaga kerja dituntut untuk selalu dapat mengikuti kebutuhan pasar yang terus berkembang. Sekolah yang ada di Indonesia belum membentuk lulusan yang mempunyai dua keterampilan yaitu hard skills dan soft skills dan pada akhirnya lulusannya akan sulit bersaing di dunia kerja.Dalam menyiapkan tenaga kerja yang berkompeten sesuai harapan industri, SMK dapat melaksanakan program-program kegiatan yaitu: (1) program teaching factory; (2) Jalinan kerjasama dengan industri yang berbentuk: pengelolaan prakerin yang baik, magang (on the job training), pengelolaan kunjungan industri, rekruitmen tenaga kerja, penyelenggaraan kelas industri; dan (3) Penyuluhan dan pembinaan dari stake holder terkait dengan ketenagakerjaan.
Full paper dapat diunduh di sini https://journal.uny.ac.id/index.php/jptk/article/view/9354
Tidak ada komentar