Memikirkan Pendidikan Karakter Kita
Oleh Irham Yuwanamu, Unisma Bekasi
Salah satu kerancuan pendidikan karakter saat ini adalah saat guru/pendidik/perumus pendidikan itu tidak dapat membedakan antara pendidikan dan pengajaran. Ini sederhana tapi selalu tidak dianggap penting.
Pendidikan itu orientasinya pembentukan karakter, pendekatannya keteladanan, persuasif, kasih sayang. Pengajaran orientasinya intelektualitas/kognisi.
Sering pendidikan karakter dijalankan dengan pendekatan pengajaran. Murid dijejali teori atau materi tentang akhlak dan perilaku-perilaku baik dan buruk, pada akhirnya Murid hanya sekedar tau tentang baik dan buruk saja, namun dia sikapnya tetap tidak berubah.
Masalah lainnya adalah guru/ penyelenggara pendidikan itu tidak mengetahui atau tidak mau tau tentang filsafat manusia. Padahal ini persolan sangat penting. Sebab pendidikan itu objeknya adalah manusia bukan yang lainya.
Manusia itu makhluk yang unik dan dinamis, sulit diprediksi, dan masing-masing manusia berbeda. Salah satu penjelasan manusia dari Kyai Sahal Mahfudh, bahwa manusia itu "qawiyyun-amiinun."
Manusia itu memiliki potensi, intelektualitas, dan profesi itu arti dari qawiyyun. Kemudian al amin, memiliki kepribadian islami, seperti; jujur, amanah, bertanggung jawab. Kebetulan saya saat ini sedang riset tentang ini, untuk lebih jelasnya dapat dibaca di bukunya kyai Sahal, Nuansa Fiqh Sosial.
Kalau kita tidak mengerti siapa diri kita, siapa manusia tentu pendidikan akan tidak mampu menjadikan manusia itu sebagai manusia seutuhnya. Ini seperti yang berkembang di jaman modern. Pendidikan diperuntukkan mempersiapkan tenaga pabrik, manusia didesain seperti layaknya robot yang bisa dipekerjakan d pabrik. Dari sini masalah muncul sangat kompleks.
Oleh karena itu ayo kenali filsafat manusia, pendidikan tidak lain untuk memanusiakan manusia. Itulah sejatinya pendidikan karakter.
Tidak ada komentar