Menulis Itu Investasi (Amal Jariyah)
Oleh Khairul
Azan, Dosen STAIN
Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis
“Tulisan itu seperti anak, ketika sudah terlahir dan
dewasa ia akan pergi menemukan takdirnya sendiri dan membawa nama ibunya yang
sudah melahirkannya” – Pramudya Ananta
Toer
Hari
ini Jum’at 2 Februari 2018 adalah hari yang bahagia bagiku karena mendapat
kabar dari kampus bahwa kiriman paket ekpedisi yang ditunggu-tunggu dari
penerbit telah tiba. Kebetulan hari ini aku memang tidak ke kampus karena
merasa tidak enak badan. Peket tersebut bersikan buku soloku untuk pertama
kalinya diterbitkan. Memang sebelumnya aku sudah ada menerbitkan beberapa buku
namun masih sebatas buku antologi yang tulis oleh beberapa orang.
Memegang
buku solo untuk pertama kalinya itu memang luar biasa rasanya. Rasa senang membuat
diri termotivasi untuk terus menulis dikemudian hari. Mungkin beginilah yang
dirasakan oleh penulis-penulis hebat di luar sana sehingga tak berhenti untuk
menulis setiap hari. Rasa yang menjadi pembeda dengan yang lain ketika kita
mendapatkan apa yang diinginkan.
Beginilah mungkin energi dari menulis. Lantas
muncul pertanyaan dari masing-masing kita. Mengapa kita harus menulis?. Apa
saja manfaatnya?. Tentunya jawaban yang
akan dilontarkan oleh para penulis akan beragam tergantung sudut pandang mereka
masing-masing. Tapi paling tidak secara umum itu sama, salah satunya yaitu
sebagai investasi dunia dan akhirat.
Menulis
dikatakan sebagai investasi karena keuntungan yang diperoleh oleh penulis itu
tidak terbatas melainkan bersifat jangka panjang. Ia akan terus mengalir selagi
orang mau membacanya. Keuntungan disini bisa dalam bentuk finansial dari buku
yang terjual dan yang paling utama adalah dalam bentuk kebermanfaatan bagi
orang lain atas apa yang kita tuliskan.
Kebermanfaatan bagi orang lain ini
tentunya tidak diukur dari sisi materi tetapi lebih mengarah pada investasi akhirat
yang akan kita dapatkan. Mengapa demikian karena dalam Islam telah dijelaskan
bahwa ada tiga amalan yang tak akan pernah terputus pahalanya, yaitu: sedekah jariah,
anak yang soleh, dan ilmu yang bermanfaat.
Jika kita lihat dari tiga amalan
di atas yang paling mendekati dengan menulis adalah amalan tentang ilmu yang
bermanfaat. Menulis itu adalah mengikat makna seperti yang dijelaskan oleh
Bapak Hernowo dalam bukunya. Mengikat makna itu butuh pemahaman dari apa yang
dibaca, apa yang dilihat, apa yang dirasa dan apa yang temukan sehingga
dituangkan dalam bentuk tulisan.
Semua itu adalah ilmu meski cara penyampaiannya
yang berbeda jika dibandingkan ketika kita berbicara langusung dengan orang
lain. Dimana menulis itu mengarah pada penyampaian ilmu secara tidak langsung melalui
perantara tulisan sebagai catatan bisu yang terangkum dalam sebuah buku.
Oleh karena itu, menulislah. Tidak
akan rugi ketika kita mau menulis. Menulis akan membuat kita tetap abadi dan
dengan menulis kita telah membuat sejarah diri.
Tidak ada komentar