Goresan Tinta Pena dalam Menangkap Ide
Oleh Khairul Azan, Dosen STAIN
Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis
Hari ini aku kembali menulis setelah satu
hari absen untuk tidak menulis. Ternyata inilah yang dirasakan ketika menulis
sudah menjadi kebutuhan. Rasanya ada yang kurang dalam diri meski hanya satu
hari ditinggalkan dan dihianati. Batin berontak jiwa bergejolak untuk
segera mengambil laptop dan menulis tentang apa saja itu.
Hari ini aku ingin menulis tentang
“Menangkap Ide”. Judul ini terinspirasi ketika membaca sebuah tulisan yang
dibagikan oleh Bunda Amie di Group Menulis yang kami ikuti. Tulisan ini
sederhana namun kaya akan makna, makna yang mampu merubah seseorang yang tidak
mampu menulis akan menjadi seorang penulis. Tulisan yang dibagikan Bunda Amie
adalah karya Bapak Khoiri yang sangat menggelitik diri dan membuat motivasi
kembali melambung tinggi. Tulisan Bapak Khoiri ini berjudul “Tidak Punya Ide
Menulis”.
Apa yang ditulis oleh Bapak Khoiri itu
sering terjadi pada kita sebagai penulis pemula, dan itu tidak menutup
kemungkinan juga terjadi pada penulis yang telah banyak melahirkan karya.
Kondisi tersebut adalah manusiawi. Mengapa itu terjadi karena banyak faktor
yang mempengaruhi, bisa jadi karena faktor lelah sehingga otak tak lagi mampu
mencerna dan organ lainnya juga tak kuasa untuk berbuat sesuatu dalam
menuliskan beberapa kata.
Apa yang dituliskan oleh
Bapak Khori menunjukkan bahwa pada hakikatnya ide itu ada namun menangkapnya
yang terkadang kita tak mampu. Ide itu tidak bertempat dan tidak ada waktu.
Dimana saja dan kapan saja ide akan muncul. Apa saja yang kita lihat dan
rasakan itu bisa menjadi ide untuk menuliskan sesuatu. Jika kita melihat bulan
maka tulislah tentang bulan, jika kita melihat matahari maka tulislah tentang
matahari, ketika kita melihat senja maka tulislah tentang begitu indahnya senja
sebagai bukti kekuasaan Tuhan, dan begitulah seterusnya. Bahkan lebih dahsyatnya
ketidakmampuan atau kebuntuan kita (writer’s block) dalam menulis
itu juga bisa dijadikan ide untuk menulis.
Jeff Goins
seorang Blogger di Amerika mengatakan bahwa “kebuntuan (writer’s block)
yang terjadi bagi seorang penulis bukanlah penghalang bagi seorang penulis
untuk tetap menulis. Justru disaat-saat itulah sebenarnya seorang penulis
ditantang untuk bisa memecahkan kebuntuan yang terjadi. Lebih lajut apa yang
harus ditulis ketika itu terjadi? Tulislah kondisi itu. Tulislah bahwa kamu
tidak tahu apa yang mesti kamu tulis. Bertanya-tanyalah dan tuliskan
pertanyaan-pertanyaan itu berikut kemungkinan-kemungkinan jawabannya.
Ada trik yang bisa
dilakukan agar kita bisa menangkap ide. Ini yang ku lakukan. Pertama, seperti
penjelasan sebelumnya bahwa ide itu ada dimana-mana. Tapi dia masih menjauh
dari kita dan masih melayang-layang di atas kepala. Supaya ide bisa mendekat
maka jemput ia dengan cara ambil kertas dan pulpen atau laptopmu lalu
menulislah tentang sesuatu, sesuatu yang masih semu di atas kepalamu. Tuliskan
ia walapun hanya beberapa kata. Lihatlah hasilnya beberapa kata itu jika
dituliskan ia akan berkembang menjadi beberapa bait, paragraf hingga halaman.
Kedua, jelilah melihat sesuatu
yang sederhana. Seorang penulis ia mampu melihat sesuatu yang orang lain tak
mampu melihatnya. Sesuatu yang sederhana adalah mutiara sebuah tulisan. Itu
adalah ide dan itu adalah ilmu yang terkadang kita terlalu menganggapnya tidak
berarti dan tak punya nilai yang berarti. Padahal apapun yang Tuhan ciptakan di
dunia ini tak terlepas dari nilai yang menyertai. Inilah yang dilakukan oleh
penulis-penulis hebat diluar sana. Sehingga tidak ada istilah kehabisan ide
melaikan ide muncul dan muncul kembali. Karena jika dikaji dunia dan
seisi-isinya maka umur yang diberikan Tuhan kepada kita akan terasa begitu
singkat untuk mengkajinya.
Tidak ada komentar