Pendidikan dan Kemanusiaan Ki Hajar Dewantara
Oleh Sunarwan, Insuri Ponorogo Jawa Timur
Sejatinya pendidikan tidak hanya diartikan sebagai proses penyampaian ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Namun jauh lebih dalam dari itu pendidikan semestinya adalah usaha yang benar-benar dilakukan dengan segala kepercayaan diri dan dilandasi oleh keikhlasan dalam membentuk dan menanamkan nilai (value) dalam diri peserta didik sebagai manusia yang dibekali dengan kesempurnaan indera.
Manusia menurut Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara memandang manusia sebagaimana dijelaskan dalam buku yang berjudul Keindahan Manusia adalah sebagai berikut: “ Manusia adalah makhluk yang berbudi, sedangkan budi artinya jiwa yang telah melalui batas kecerdasan yang tertentu, hingga menunjukkan perbedaan yang yang tegas dengan jiwa yang dimiliki hewan.
Jika hewan hanya berisikan nafsu-nafsu kodrati, dorongan dan keinginan, insting dan kekuatan lain yang semuanya itu tidak cukup berkuasa untuk menentang kekuatan-kekuatan, baik yang datang dari luar atau dari dalam jiwanya. Jiwa hewan semata-mata sanggup untuk melakukan tindakan-tindakan yang perlu untuk melakukan tindakan-tindakan yang perlu untuk memelihara kebutuhan-kebutuhan hidupnya yang masih sangat sederhana, misalnya makan, minum, bersuara, lari dan sebagainya” (Dewantara, 2009: 215).
Pendidikan yang sangat memuliakan kodrat manusia inilah yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara dalam konsep pendidikan humanis. Konsep inilah sejatinya menjadi tujuan dan ruh dari konsep pendidikan di Negara kita Indonesia yang sudah tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional kita. Konsep among method atau system among yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara merupakan pengejawantahan dari konsep pendidikan humanistik. Among mempunyai pengertian membina, menjaga, membina dan mendidik anak dengan kasih sayang.
Pelaksana among (orang yang momong) disebut pamong. Seseorang pamong memiliki kepandaian, pengetahuan dan keahlian serta pengalaman yang lebih dari yang di among. Guru dan doses dalam perguruan Taman Siswa disebut pamong, yaitu guru pamong dan atau dosen pamong, yang bertugas mendidik dan mengajar peserta didik sepanjang waktu.
Konsep pendidikan humanistik juga bias dipahami dari manuskrip-manuskrip kuno yang sangat kaya akan bagaimana proses dan metode pendidikan seharusnya dilakukan dalam rangka memanusiakan manusia. Misalnya sebagaimana tertulis dalam pupuh sinom karya KGPAA. Hamengku Negara IV, sebagai berikut:
“ Nuladha lahu utama
Tumprape wong Tanah Jawi
Wong Agung ing Ngeksiganda
Panembahan Senapati
Kapati amarsudi
Sudane hawa lan nepsu
Pinesu tapa brata
Tanapi ing siyang ratri
Hamemangun karyenak tyasing sasama.”
(Meneladani akhlak mulia
Bagi semua orang yang tinggal di Jawa (Nuswantara)
Semua manusia luhur di Mataram
Sebagaimana Panembahan Senapati
Tekun melatih diri
Agar dapat meredakan hawa nafsu
Senantiasa menyandarkan hati kepada Ilahi
Sepanjang siang maupun malam
Demi membangun peradaban yang saling menghormati hati nurani).
Inilah sesungguhnya potret luhur dari sistem pendidikan Indonesia sejak dahulu. Tentu menjadi tugas seluruh kita para akademisi untuk menjaga, meneladani dan mempraktekkannya dalam proses pendidikan dan pembelajaran kita.
Sejatinya pendidikan tidak hanya diartikan sebagai proses penyampaian ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Namun jauh lebih dalam dari itu pendidikan semestinya adalah usaha yang benar-benar dilakukan dengan segala kepercayaan diri dan dilandasi oleh keikhlasan dalam membentuk dan menanamkan nilai (value) dalam diri peserta didik sebagai manusia yang dibekali dengan kesempurnaan indera.
Manusia menurut Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara memandang manusia sebagaimana dijelaskan dalam buku yang berjudul Keindahan Manusia adalah sebagai berikut: “ Manusia adalah makhluk yang berbudi, sedangkan budi artinya jiwa yang telah melalui batas kecerdasan yang tertentu, hingga menunjukkan perbedaan yang yang tegas dengan jiwa yang dimiliki hewan.
Jika hewan hanya berisikan nafsu-nafsu kodrati, dorongan dan keinginan, insting dan kekuatan lain yang semuanya itu tidak cukup berkuasa untuk menentang kekuatan-kekuatan, baik yang datang dari luar atau dari dalam jiwanya. Jiwa hewan semata-mata sanggup untuk melakukan tindakan-tindakan yang perlu untuk melakukan tindakan-tindakan yang perlu untuk memelihara kebutuhan-kebutuhan hidupnya yang masih sangat sederhana, misalnya makan, minum, bersuara, lari dan sebagainya” (Dewantara, 2009: 215).
Pendidikan yang sangat memuliakan kodrat manusia inilah yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara dalam konsep pendidikan humanis. Konsep inilah sejatinya menjadi tujuan dan ruh dari konsep pendidikan di Negara kita Indonesia yang sudah tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional kita. Konsep among method atau system among yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara merupakan pengejawantahan dari konsep pendidikan humanistik. Among mempunyai pengertian membina, menjaga, membina dan mendidik anak dengan kasih sayang.
Pelaksana among (orang yang momong) disebut pamong. Seseorang pamong memiliki kepandaian, pengetahuan dan keahlian serta pengalaman yang lebih dari yang di among. Guru dan doses dalam perguruan Taman Siswa disebut pamong, yaitu guru pamong dan atau dosen pamong, yang bertugas mendidik dan mengajar peserta didik sepanjang waktu.
Konsep pendidikan humanistik juga bias dipahami dari manuskrip-manuskrip kuno yang sangat kaya akan bagaimana proses dan metode pendidikan seharusnya dilakukan dalam rangka memanusiakan manusia. Misalnya sebagaimana tertulis dalam pupuh sinom karya KGPAA. Hamengku Negara IV, sebagai berikut:
“ Nuladha lahu utama
Tumprape wong Tanah Jawi
Wong Agung ing Ngeksiganda
Panembahan Senapati
Kapati amarsudi
Sudane hawa lan nepsu
Pinesu tapa brata
Tanapi ing siyang ratri
Hamemangun karyenak tyasing sasama.”
(Meneladani akhlak mulia
Bagi semua orang yang tinggal di Jawa (Nuswantara)
Semua manusia luhur di Mataram
Sebagaimana Panembahan Senapati
Tekun melatih diri
Agar dapat meredakan hawa nafsu
Senantiasa menyandarkan hati kepada Ilahi
Sepanjang siang maupun malam
Demi membangun peradaban yang saling menghormati hati nurani).
Inilah sesungguhnya potret luhur dari sistem pendidikan Indonesia sejak dahulu. Tentu menjadi tugas seluruh kita para akademisi untuk menjaga, meneladani dan mempraktekkannya dalam proses pendidikan dan pembelajaran kita.
Tidak ada komentar