Inovasi Kunci Keberhasilan Lembaga Pendidikan
Oleh: Sunarwan, INSURI Ponorogo, Jawa Timur
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar melakukan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.
Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif peserta didik untuk membangun makna atau pemahaman terhadap suatu objek atau suatu peristiwa. Sedangkan, kegiatan mengajar merupakan upaya kegiatan menciptakan suasana yang mendorong inisiatif, motivasi dan tanggung jawab pada peserta didik untuk selalu menerapkan seluruh potensi diri dalam membangun gagasan melalui kegiatan belajar sepanjang hayat. Gagasan dan pengetahuan ini akan membentuk keterampilan, sikap, dan perilaku sehari-hari sehingga peserta didik akan berkompeten dalam bidang yang dipelajarinya. Kegiatan belajar dan mengajar inilah yang disebut orang sebagai pembelajaran (Depdiknas, 2003 : 10).
Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai anak didik secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya, tetapi mereka juga sebagai makhluk social dengan latar belakang yang berbeda. Paling sedikit ada tiga aspek yang membedakan anak didik satu dengan yang lainnya, yaitu aspek intelektual, psikologis, dan biologis. Tulisan ini penting untuk disajikan karena di sini disertakan analisa tentang diskripsi masalah,strategi, dan upaya penyelesaiannya di lingkungan penulis.
Pentingnya Inovasi dalam Pendidikan
Kata inovasi seringkali dikaitkan dengan perubahan, tetapi tidak setiap perubahan dapat dikategorikan sebagai inovasi. Rogers memberikan batasan yang dimaksud dengan inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau objek benda yang dipandang baru oleh seseorang atau kelompok adopter lain. Kata "baru" bersifat sangat relatif, bisa karena seseorang baru mengetahui, atau bisa juga karena baru mau menerima meskipun sudah lama tahu. (Rogers, 1983: 11).
Berdasarkan batasan dan penjelasan Rogers tersebut, dapat dikatakan bahwa munculnya inovasi karena ada permasalahan yang harus diatasi, dan upaya mengatasi permasalahan tersebut melalui inovasi (seringkali disebut dengan istilah "pembaharuan" meskipun istilah ini tidak identik dengan inovasi). Inovasi ini harus merupakan hasil pemikiran yang original, kreatif, dan tidak konvensional. Penerapannya harus praktis di mana di dalamnya terdapat unsur-unsur kenyamanan dan kemudahan. Semua ini dimunculkan sebagai suatu upaya untuk memperbaiki situasi / keadaan yang berhadapan dengan permasalahan.
Pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia tidak bisa tidak selalu dan akan terus mengalami perkembangan dan pengembangan dalam hal ini kurikulum pendidikan sebagai ruh dari proses pendidikan. Prof. Sa’dun Akbar, menulis dalam bukunya yang berjudul Instrumen Perangkat pembelajaran bahwa,”Setiap kurikulum senantiasa dikembangkan berlandaskan pada filsafat pendidikan tertentu.Filsafat pendidikan yang dicanangkan pada masa kini dan akan di capai pada masa mendatang. Dari filosofi kemudian dikembangkanlah teori-teori pembelajaran dan teori itulah yang digunakan untuk mengoperasikan praktik belajar” (Akbar, 2013:1).
Selanjutnya ia menuliskan,”Ketika filsafat pendidikannya cenderung behaviorisme, teori pembelajarannya adalah teori stimulus respon/teori laboratorium/kondisioning, dan praktik pembelajaran dikendalikan dengan teori stimulus-respon tersebut. Ketika filsafat pendidikannya cenderung kognitivisme, teori pembelajarannya cenderung dikendalikan dengan teori pemrosesan informasi itu. Demikian pula ketika filsafat pendidikannya cenderung konstruktivisme, teori pembelajarannya juga beroreintasi konstruktivistik, dan praktik belajar pembelajarannya juga cenderung terpusat pada siswa, pembelajaran aktiv, mementingkan seluruh kecakapan hidup, dan bermakna. (Akbar, 2013:1).
Tampaknya kecenderungan ketiga yaitu corak filsafat konstruktivis malah yang sedang dijadikan landasan dalam pengembangan kurikulum 2013 yang berbasis scientivic approach (pendekatan sains). Di sisni dapat dikatakan pendidikan di Indonesia telah terjadi sebuah inovasi dalam hal pemngembangan kurikulum, proses pembelajaran, penilaian dan pemaknaan sebuah pendidikan. Titik tumpu dari kurikulum 2013 adalah pembelajaran aktif yang terpusat pada siswa.
Pembelajaran aktif adalah “suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti mereka mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi ajar, memecahkan masalah persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajarai ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktifini, siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya siswa akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga belajar dapat maksimal.” (Aryani, dkk., 2004: xvi-xvii).
Inovasi di MIN Manisrejo Kota Madiun
Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Kota Madiun adalah salah satu madrasah yang berstatus negeri di Kota Madiun yang pesat perkembangannya baik dari segi jumlah peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan, dan inovasi-inovasi dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Gambaran umum MIN Manisrejo dapat dilihat dibawah ini:
NOMOR URAIAN JUMLAH KETERANGAN
1 Tenaga Pendidik 56
2 Tenaga Kependidikan 7
3 Peserta didik 880
4 Rombongan Belajar/Kelas 21
5 Akreditasi √ A+
6 Prestasi √ Kota, Privinsi,Nasional
7 Kampus 2
Secara umum seluruh manajemen komponen lembaga pendidikan mulai dari kurikulum,kesiswaan, kependidikan, dan partisispasi masyarakat berjalan dengan baik dan sinergi. Di sini penulis akan membahas dan menitik bertkan pembahasan dan analisis pada aspek manajemen kurikulum dan kesiswaan yang menurut hemat penulis perlu ada terobosan dan atau inovasi-inovasi. Sebelum lebih jauh akan disajikan konseptual dan teori tentang kurikulum dan kesiswaan secara ringkas.
Kurikulum
Prof. S. Nasution, mengatakan bahwa masa depan bangsa terletak pada tangan kreatif generasi muda (Nasution dalamYamin, 2012: 14). Mutu bangsa di kemudian hari bergantung pada pendidikan yang dinikmati anak-anak saat ini, terutama dalam pendidikan formalyang diterima di bangku sekolah. Apapun yang akan dicapai di sekolah harus ditentukan oleh kurikulum sekolah (Yamin, 2012: 14). Di sini dapat dipahamkan bahwa kurikulum memegang kunci dari sebuah proses pendidikan sebagai elan vital kemajuan sebuah bangsa.
A.Ferry T. Indratno mengatakan bahwa kurikulum adalah program dan isi dari suatu sistem pendidikan yang berupaya melaksanakan proses akumulasi pengetahuan antar generasi dalam masyarakat.(Indratno dalam Yamin, 2012: 15). Kurikulum dipahami sebagai kunci pokok dari keberhasilan sebuah pendidikan di suatu negara.
Kurikulum dianggap bermakna bila bahan pelajaran dihubungkan atau didasarkan atas pengalaman anak dalam kehidupan sehari-hari, misalnya, membicarakan masalah yang nyata seperti soal kesehatan, kecelakaan lalu-lintas, dan sebagainya. (Nasution dalam Yamin, 2012: 18). Disinilah letak keterkaitan anatar kurikulum sebagai produk aturan dan konsep dengan peserta didik-siswa-sebagai customer,klien pendidikan.
Peserta Didik/Kesiswaan
Peserta didik-siswa-adalah manusia sebagai makhluk Allah SWT. Munif Chatib menuliskan bahwa setiap individu (manusia) adalah makhluk pembelajar dalam setiap konteks perkembangan budaya tertentu. Apabila semua guru memahami konsep pertama ini, akan muncul sebuah paradigma yang menyatakan bahwa para siswa di dalam kelas adalah makhluk yang sebenarnya siap untuk belajar. (Chatib, 2012: 81-82). Manusia adalah sebagai makhluk ciptaan yang memiliki dimensi yang lengkap dan potensial, baik dimensi material maupun spiritualnya. (Supriyatno, 2009: 67).
Inovasi Kurikulum-Kesiswaan di MIN Manisrejo Kota Madiun
Dari teori yang telah diuraikan, manusia sebagai makhluk yang disertai dengan berbagai potensi yang potensial akan sangat mamapu mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya manakala disediakan konsep-program-kurikulum yang mengetahui kebutuhan diri siswa dan masyarakat sekitar.
MIN Manisrejo Kota Madiun sebagai salah satu madrasah negeri menjadi satu madrasah yang diperhitungkan keberadaannya tidak hanya karena dari jumlah tenaga pendidik dan peserta didik yang banyak (jawa: membludak) namun lebih karena prestasi yang telah ditorehkan selama ini. Sebut saja pada tahun pelajaran 2012-2013 menjadi sekolah yang menduduki peringkat teratas dalam perolehan nilai Ujian Nasional (UN) tingkat Kota Madiun dilingkup madrasah. Kemudian menjadi sekolah dengan peringkat ke-2 dengan nilai UN tingkat Kota Madiun dilingkup SD/MI.
Prestasi tersebut tentu harus dipertahankan dan ditingkatkan. Bahkan harus lebih diperluas kualitas dan prestasi yang diukir. Dalam kaitan ini, penulis melihat MIN Manisrejo Kota Madiun harus memberikan kemanfaatan yang lebih bagi peserta didik dan atau masyarakat tidak hanya keunggulan dibidang angka (nilai UN) namun harus ada trobosan, pengembangan, atau inovasi dibidang karakter dengan adanya kurikulum lokal, program khusus yang menjadi brand (trade mark) yang tidak dimiliki madrasah/sekolah lain.
Salah satu brand yang penulis pandang sangat perlu dan segera adalah dibentuknya program-program khusus untuk mewadahi potensi-potensi peserta didik yang sangat luar biasa mulai dari bidang keagamaan, bahasa, seni, dan olahraga. Secara lebih jelasnya sebagai contoh dibentuknya kelompok-kelompok,club-club studi agama yang fokus pada apa yang setiap hari siswa lakukan dan ikuti dilingkungan mereka, misalnya, Tilawatil Qur’an bin Nagham, Asmaul Husna,Istighasah, Tahlil, Shalat Janazah, dan praktik keagamaan yang lainnya. Dibidang bahasa dan seni dengan membentuk kelompok belajar pidato bahasa indonesia, bahasa inggris,bahsa jawa, dan bahasa arab, group band, hadrah/samrah, theater, dan drum Band. Juga dalam bidang olah raga dengan memfokuskan cabang olah raga yang akan menjadi kebanggaan MIN Manisrejo sebut saja sepak bola dan bola voly.
Secara teknis program-program dipilih maksimal 2 (dua) program unggulan yang dimatangkan dalam tahun pertama,peserta didik tersebut dibentuk dengan menyeleksi siswa kelas 3,4,5,6 dengan digunakan soal tes yang mencerminkan kemampuan ke empat bidang tersebut. Kemudian diambil setiap bidang dengan maksimal 30 (tiga puluh) orang siswa. Setiap program ada direktur/manajer yang bertanggungjawab langsung kepada tim kurikulum dan kepala sekolah atas kesuksesan program yang telah ditetapkan.
Sebagai manajer, guru yang telah ditunjuk sebagai kepala program khusus tersebut harus menyiapkan kurikulum dan konsep secara terinci mulai dari materi,jadwal,pendidik/penyaji, dan biaya program dengan jelas dan transparan. Sebagai agent, para pendidik/penyaji dapat berasal dari guru sendiri dan atau mengambil pendidik dari luar madrasah dengan syarat dan kualifikasi yang ketat. Sebagai klien, siswa benar-benar diseleksi berdasar kemampuan potensi yang tepat yang akan dikembangkan. Adapun pelaksanaan bisa mengambil waktu setelah jam pelajaran efektif berakhir atau diluar jam sekolah (sore hari).
Apabila nilai plus kurikulum dengan desain yang demikian dapat terlaksana, dapat dikayakan bahwa MIN Manisrejo Kota Madiun benar-benar menerapkan pendidikan yang berorientasi pada proses, hasil,dan kurikulum yang berbasis kearifan lokal. Dengan sendirinya masyarakat akan semakin bertambah kepercayaannya. Secara garis besar inovasi kurikulum yang penulis uaraikan dapat dilihat seperti bagan dibawah ini:
PROGRAM URAIAN TARGET WAKTU KET.
Keagamaan Tilawah, Istighasah,Tahlil,Asmaul Husna,Praktik Shalat Janazah,dll. Aplikatif di masyarakat dan even PHBN/PHBI 2x
Bahasa/Seni Pidato: Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, Theater, Band, Hadrah/Samrah, Drum Band. Kemampuan verbal dan even PHBI/PHBN/kegiatan lomba lainnya. 2x Olahraga Sepak bola dan bola voly Kesehatan dan kekuatan fisik, even PHBN/PHBI/kegiatan lomba lainnya. 2x
Secara tidak langsung kurikulum dengan desain yang demikian telah menerapkan pendidikan life skill dan pendidikan karakter. Karena pendidikan karakter sebagai tujuan utama kurikulum 2013 adalah upaya yang dirancang dan dilaksanakan sistematis untuk membantu murid memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Allah dan sesama manusia yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasar norma-norma agama, hukum, tata krama, kultur serta adat istiadat. (Mahbubi,2012: 44).
Langkah-Langkah Pengembangan Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Prof. Sa’dun Akbar, menuliskan bahwa prosedur pengembangan media pembelajaran dapat menggunakan metodologi penelitian pengembangan. Secara umum lagkahnya ialah sebagai berikut:
1. Identifikasi masalah.
2. Perancangan media.
3. Validasi ahli.
4. Revisi berdasarkan validasi ahli.
5. Uji coba skala terbatas, melakukan uji keterterapan media oleh pengguna dan uji keefektifan media dengan subyek siswa.
6. Revisi berdasarkan uji coba skala terbatas.
7. Uji coba skala luas, termasuk uji keterterapan media oleh pengguna dan uji keefektifan media pembelajaran dengan subjek siswa.
8. Revisi berdasarkan uji coba skala luas (menghasilkan produk final). (Akbar, 2013: 120).
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar melakukan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.
Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif peserta didik untuk membangun makna atau pemahaman terhadap suatu objek atau suatu peristiwa. Sedangkan, kegiatan mengajar merupakan upaya kegiatan menciptakan suasana yang mendorong inisiatif, motivasi dan tanggung jawab pada peserta didik untuk selalu menerapkan seluruh potensi diri dalam membangun gagasan melalui kegiatan belajar sepanjang hayat. Gagasan dan pengetahuan ini akan membentuk keterampilan, sikap, dan perilaku sehari-hari sehingga peserta didik akan berkompeten dalam bidang yang dipelajarinya. Kegiatan belajar dan mengajar inilah yang disebut orang sebagai pembelajaran (Depdiknas, 2003 : 10).
Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai anak didik secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya, tetapi mereka juga sebagai makhluk social dengan latar belakang yang berbeda. Paling sedikit ada tiga aspek yang membedakan anak didik satu dengan yang lainnya, yaitu aspek intelektual, psikologis, dan biologis. Tulisan ini penting untuk disajikan karena di sini disertakan analisa tentang diskripsi masalah,strategi, dan upaya penyelesaiannya di lingkungan penulis.
Pentingnya Inovasi dalam Pendidikan
Kata inovasi seringkali dikaitkan dengan perubahan, tetapi tidak setiap perubahan dapat dikategorikan sebagai inovasi. Rogers memberikan batasan yang dimaksud dengan inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau objek benda yang dipandang baru oleh seseorang atau kelompok adopter lain. Kata "baru" bersifat sangat relatif, bisa karena seseorang baru mengetahui, atau bisa juga karena baru mau menerima meskipun sudah lama tahu. (Rogers, 1983: 11).
Berdasarkan batasan dan penjelasan Rogers tersebut, dapat dikatakan bahwa munculnya inovasi karena ada permasalahan yang harus diatasi, dan upaya mengatasi permasalahan tersebut melalui inovasi (seringkali disebut dengan istilah "pembaharuan" meskipun istilah ini tidak identik dengan inovasi). Inovasi ini harus merupakan hasil pemikiran yang original, kreatif, dan tidak konvensional. Penerapannya harus praktis di mana di dalamnya terdapat unsur-unsur kenyamanan dan kemudahan. Semua ini dimunculkan sebagai suatu upaya untuk memperbaiki situasi / keadaan yang berhadapan dengan permasalahan.
Pendidikan sebagai upaya memanusiakan manusia tidak bisa tidak selalu dan akan terus mengalami perkembangan dan pengembangan dalam hal ini kurikulum pendidikan sebagai ruh dari proses pendidikan. Prof. Sa’dun Akbar, menulis dalam bukunya yang berjudul Instrumen Perangkat pembelajaran bahwa,”Setiap kurikulum senantiasa dikembangkan berlandaskan pada filsafat pendidikan tertentu.Filsafat pendidikan yang dicanangkan pada masa kini dan akan di capai pada masa mendatang. Dari filosofi kemudian dikembangkanlah teori-teori pembelajaran dan teori itulah yang digunakan untuk mengoperasikan praktik belajar” (Akbar, 2013:1).
Selanjutnya ia menuliskan,”Ketika filsafat pendidikannya cenderung behaviorisme, teori pembelajarannya adalah teori stimulus respon/teori laboratorium/kondisioning, dan praktik pembelajaran dikendalikan dengan teori stimulus-respon tersebut. Ketika filsafat pendidikannya cenderung kognitivisme, teori pembelajarannya cenderung dikendalikan dengan teori pemrosesan informasi itu. Demikian pula ketika filsafat pendidikannya cenderung konstruktivisme, teori pembelajarannya juga beroreintasi konstruktivistik, dan praktik belajar pembelajarannya juga cenderung terpusat pada siswa, pembelajaran aktiv, mementingkan seluruh kecakapan hidup, dan bermakna. (Akbar, 2013:1).
Tampaknya kecenderungan ketiga yaitu corak filsafat konstruktivis malah yang sedang dijadikan landasan dalam pengembangan kurikulum 2013 yang berbasis scientivic approach (pendekatan sains). Di sisni dapat dikatakan pendidikan di Indonesia telah terjadi sebuah inovasi dalam hal pemngembangan kurikulum, proses pembelajaran, penilaian dan pemaknaan sebuah pendidikan. Titik tumpu dari kurikulum 2013 adalah pembelajaran aktif yang terpusat pada siswa.
Pembelajaran aktif adalah “suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti mereka mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi ajar, memecahkan masalah persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajarai ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktifini, siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya siswa akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga belajar dapat maksimal.” (Aryani, dkk., 2004: xvi-xvii).
Inovasi di MIN Manisrejo Kota Madiun
Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Kota Madiun adalah salah satu madrasah yang berstatus negeri di Kota Madiun yang pesat perkembangannya baik dari segi jumlah peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan, dan inovasi-inovasi dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Gambaran umum MIN Manisrejo dapat dilihat dibawah ini:
NOMOR URAIAN JUMLAH KETERANGAN
1 Tenaga Pendidik 56
2 Tenaga Kependidikan 7
3 Peserta didik 880
4 Rombongan Belajar/Kelas 21
5 Akreditasi √ A+
6 Prestasi √ Kota, Privinsi,Nasional
7 Kampus 2
Secara umum seluruh manajemen komponen lembaga pendidikan mulai dari kurikulum,kesiswaan, kependidikan, dan partisispasi masyarakat berjalan dengan baik dan sinergi. Di sini penulis akan membahas dan menitik bertkan pembahasan dan analisis pada aspek manajemen kurikulum dan kesiswaan yang menurut hemat penulis perlu ada terobosan dan atau inovasi-inovasi. Sebelum lebih jauh akan disajikan konseptual dan teori tentang kurikulum dan kesiswaan secara ringkas.
Kurikulum
Prof. S. Nasution, mengatakan bahwa masa depan bangsa terletak pada tangan kreatif generasi muda (Nasution dalamYamin, 2012: 14). Mutu bangsa di kemudian hari bergantung pada pendidikan yang dinikmati anak-anak saat ini, terutama dalam pendidikan formalyang diterima di bangku sekolah. Apapun yang akan dicapai di sekolah harus ditentukan oleh kurikulum sekolah (Yamin, 2012: 14). Di sini dapat dipahamkan bahwa kurikulum memegang kunci dari sebuah proses pendidikan sebagai elan vital kemajuan sebuah bangsa.
A.Ferry T. Indratno mengatakan bahwa kurikulum adalah program dan isi dari suatu sistem pendidikan yang berupaya melaksanakan proses akumulasi pengetahuan antar generasi dalam masyarakat.(Indratno dalam Yamin, 2012: 15). Kurikulum dipahami sebagai kunci pokok dari keberhasilan sebuah pendidikan di suatu negara.
Kurikulum dianggap bermakna bila bahan pelajaran dihubungkan atau didasarkan atas pengalaman anak dalam kehidupan sehari-hari, misalnya, membicarakan masalah yang nyata seperti soal kesehatan, kecelakaan lalu-lintas, dan sebagainya. (Nasution dalam Yamin, 2012: 18). Disinilah letak keterkaitan anatar kurikulum sebagai produk aturan dan konsep dengan peserta didik-siswa-sebagai customer,klien pendidikan.
Peserta Didik/Kesiswaan
Peserta didik-siswa-adalah manusia sebagai makhluk Allah SWT. Munif Chatib menuliskan bahwa setiap individu (manusia) adalah makhluk pembelajar dalam setiap konteks perkembangan budaya tertentu. Apabila semua guru memahami konsep pertama ini, akan muncul sebuah paradigma yang menyatakan bahwa para siswa di dalam kelas adalah makhluk yang sebenarnya siap untuk belajar. (Chatib, 2012: 81-82). Manusia adalah sebagai makhluk ciptaan yang memiliki dimensi yang lengkap dan potensial, baik dimensi material maupun spiritualnya. (Supriyatno, 2009: 67).
Inovasi Kurikulum-Kesiswaan di MIN Manisrejo Kota Madiun
Dari teori yang telah diuraikan, manusia sebagai makhluk yang disertai dengan berbagai potensi yang potensial akan sangat mamapu mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya manakala disediakan konsep-program-kurikulum yang mengetahui kebutuhan diri siswa dan masyarakat sekitar.
MIN Manisrejo Kota Madiun sebagai salah satu madrasah negeri menjadi satu madrasah yang diperhitungkan keberadaannya tidak hanya karena dari jumlah tenaga pendidik dan peserta didik yang banyak (jawa: membludak) namun lebih karena prestasi yang telah ditorehkan selama ini. Sebut saja pada tahun pelajaran 2012-2013 menjadi sekolah yang menduduki peringkat teratas dalam perolehan nilai Ujian Nasional (UN) tingkat Kota Madiun dilingkup madrasah. Kemudian menjadi sekolah dengan peringkat ke-2 dengan nilai UN tingkat Kota Madiun dilingkup SD/MI.
Prestasi tersebut tentu harus dipertahankan dan ditingkatkan. Bahkan harus lebih diperluas kualitas dan prestasi yang diukir. Dalam kaitan ini, penulis melihat MIN Manisrejo Kota Madiun harus memberikan kemanfaatan yang lebih bagi peserta didik dan atau masyarakat tidak hanya keunggulan dibidang angka (nilai UN) namun harus ada trobosan, pengembangan, atau inovasi dibidang karakter dengan adanya kurikulum lokal, program khusus yang menjadi brand (trade mark) yang tidak dimiliki madrasah/sekolah lain.
Salah satu brand yang penulis pandang sangat perlu dan segera adalah dibentuknya program-program khusus untuk mewadahi potensi-potensi peserta didik yang sangat luar biasa mulai dari bidang keagamaan, bahasa, seni, dan olahraga. Secara lebih jelasnya sebagai contoh dibentuknya kelompok-kelompok,club-club studi agama yang fokus pada apa yang setiap hari siswa lakukan dan ikuti dilingkungan mereka, misalnya, Tilawatil Qur’an bin Nagham, Asmaul Husna,Istighasah, Tahlil, Shalat Janazah, dan praktik keagamaan yang lainnya. Dibidang bahasa dan seni dengan membentuk kelompok belajar pidato bahasa indonesia, bahasa inggris,bahsa jawa, dan bahasa arab, group band, hadrah/samrah, theater, dan drum Band. Juga dalam bidang olah raga dengan memfokuskan cabang olah raga yang akan menjadi kebanggaan MIN Manisrejo sebut saja sepak bola dan bola voly.
Secara teknis program-program dipilih maksimal 2 (dua) program unggulan yang dimatangkan dalam tahun pertama,peserta didik tersebut dibentuk dengan menyeleksi siswa kelas 3,4,5,6 dengan digunakan soal tes yang mencerminkan kemampuan ke empat bidang tersebut. Kemudian diambil setiap bidang dengan maksimal 30 (tiga puluh) orang siswa. Setiap program ada direktur/manajer yang bertanggungjawab langsung kepada tim kurikulum dan kepala sekolah atas kesuksesan program yang telah ditetapkan.
Sebagai manajer, guru yang telah ditunjuk sebagai kepala program khusus tersebut harus menyiapkan kurikulum dan konsep secara terinci mulai dari materi,jadwal,pendidik/penyaji, dan biaya program dengan jelas dan transparan. Sebagai agent, para pendidik/penyaji dapat berasal dari guru sendiri dan atau mengambil pendidik dari luar madrasah dengan syarat dan kualifikasi yang ketat. Sebagai klien, siswa benar-benar diseleksi berdasar kemampuan potensi yang tepat yang akan dikembangkan. Adapun pelaksanaan bisa mengambil waktu setelah jam pelajaran efektif berakhir atau diluar jam sekolah (sore hari).
Apabila nilai plus kurikulum dengan desain yang demikian dapat terlaksana, dapat dikayakan bahwa MIN Manisrejo Kota Madiun benar-benar menerapkan pendidikan yang berorientasi pada proses, hasil,dan kurikulum yang berbasis kearifan lokal. Dengan sendirinya masyarakat akan semakin bertambah kepercayaannya. Secara garis besar inovasi kurikulum yang penulis uaraikan dapat dilihat seperti bagan dibawah ini:
PROGRAM URAIAN TARGET WAKTU KET.
Keagamaan Tilawah, Istighasah,Tahlil,Asmaul Husna,Praktik Shalat Janazah,dll. Aplikatif di masyarakat dan even PHBN/PHBI 2x
Bahasa/Seni Pidato: Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, Theater, Band, Hadrah/Samrah, Drum Band. Kemampuan verbal dan even PHBI/PHBN/kegiatan lomba lainnya. 2x Olahraga Sepak bola dan bola voly Kesehatan dan kekuatan fisik, even PHBN/PHBI/kegiatan lomba lainnya. 2x
Secara tidak langsung kurikulum dengan desain yang demikian telah menerapkan pendidikan life skill dan pendidikan karakter. Karena pendidikan karakter sebagai tujuan utama kurikulum 2013 adalah upaya yang dirancang dan dilaksanakan sistematis untuk membantu murid memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Allah dan sesama manusia yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasar norma-norma agama, hukum, tata krama, kultur serta adat istiadat. (Mahbubi,2012: 44).
Langkah-Langkah Pengembangan Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Prof. Sa’dun Akbar, menuliskan bahwa prosedur pengembangan media pembelajaran dapat menggunakan metodologi penelitian pengembangan. Secara umum lagkahnya ialah sebagai berikut:
1. Identifikasi masalah.
2. Perancangan media.
3. Validasi ahli.
4. Revisi berdasarkan validasi ahli.
5. Uji coba skala terbatas, melakukan uji keterterapan media oleh pengguna dan uji keefektifan media dengan subyek siswa.
6. Revisi berdasarkan uji coba skala terbatas.
7. Uji coba skala luas, termasuk uji keterterapan media oleh pengguna dan uji keefektifan media pembelajaran dengan subjek siswa.
8. Revisi berdasarkan uji coba skala luas (menghasilkan produk final). (Akbar, 2013: 120).
Dari apa yang disampaikan oleh Akbar itu dapat dipahamkan bebrapa hal yaitu:
1. Kriteria pemilihan media pembelajaran yaitu:
a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
b. Media harus tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau generalisasi.
c. Media harus praktis, luwes dan bertahan.
d. Media harus dapat digunakan guru dengan baik dan terampil.
e. Mutu teknis.
f. Media yang digunakan harus sesuai dengan taraf berfikir siswa.
g. Media yang digunakan harus dapat menunjang dan membantu pemahaman siswa terhadap pelajaran tersebut sehingga proses pembelajan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2. Langkah-langkah yang harus diambil dalam pengembangan program media menjadi meliputi:
a) Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa.
b) Merumuskan tujuan intruksional (Instructional objective) dengan operasional dan khas.
c) Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan.
d) Mengembangkan alat pengukur keberhasilan.
e) Menulis naskah media.
f) Mengadakan tes dan revisi.
Simpulan
Dari ulasan dalam makalah dapat dipahamkan bahwa munculnya inovasi karena ada permasalahan yang harus di atasi, dan upaya mengatasi permasalahan tersebut melalui inovasi (seringkali disebut dengan istilah "pembaharuan" meskipun istilah ini tidak identik dengan inovasi). Inovasi ini harus merupakan hasil pemikiran yang original, kreatif, dan tidak konvensional.
Kurikulum harus dipoles-didesain-dengan menjawab kebutuhan lokal masyarakat, dengan desain yang demikian telah menerapkan pendidikan life skill dan pendidikan karakter. Karena pendidikan karakter sebagai tujuan utama kurikulum 2013 adalah upaya yang dirancang dan dilaksanakan sistematis untuk membantu murid memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Allah dan sesama manusia yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasar norma-norma agama, hukum, tata krama, kultur serta adat istiadat. Sehingga masyarakat, peserta didik, sebagai customer (klien) merasa dimanusiakan dan potensi yang dimiliki dapat optimal dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Sa’dun, 2011. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Yogyakarta: Cipta Media.
Akbar, Sa’dun, 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Asmani, Ma’mur, Jamal, 2012. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal. Jogyakarta: DIVA Press.
Chatib, Munif, 2012. Gurunya Manusia. Bandung: Kaifa-PT. Mizan Pustaka.
Kulsum, Umi, 2011. Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis PAIKEM. Surabaya: Gena Pratama Pustaka.
Mahbubi,M.,2012. Pendidikan Karakter (Implementasi Aswaja Sebagai Nilai Pendidikan Karakter). Yogyakarta: Pustaka Ilmu.
Maimun, Agus, dkk.,2010. Madrasah Unggulan. Malang: UIN-Maliki Press.
Sahlan, Asmaun, 2010. Mewujudkan Budaya Relegius di Sekolah. Malang: UIN-Maliki Press.
Supriyatno, Triyo, 2009. Humanitas Spiritual dalam Pendidikan. Malang: UIN-Malang Press.
Yamin, Moh., 2012. Panduan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan. Jogyakarta: DIVA Press.
Zaini, Hisyam, dkk., 2004. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD-IAIN Sunan Kalijaga.
1. Kriteria pemilihan media pembelajaran yaitu:
a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
b. Media harus tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau generalisasi.
c. Media harus praktis, luwes dan bertahan.
d. Media harus dapat digunakan guru dengan baik dan terampil.
e. Mutu teknis.
f. Media yang digunakan harus sesuai dengan taraf berfikir siswa.
g. Media yang digunakan harus dapat menunjang dan membantu pemahaman siswa terhadap pelajaran tersebut sehingga proses pembelajan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
2. Langkah-langkah yang harus diambil dalam pengembangan program media menjadi meliputi:
a) Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa.
b) Merumuskan tujuan intruksional (Instructional objective) dengan operasional dan khas.
c) Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan.
d) Mengembangkan alat pengukur keberhasilan.
e) Menulis naskah media.
f) Mengadakan tes dan revisi.
Simpulan
Dari ulasan dalam makalah dapat dipahamkan bahwa munculnya inovasi karena ada permasalahan yang harus di atasi, dan upaya mengatasi permasalahan tersebut melalui inovasi (seringkali disebut dengan istilah "pembaharuan" meskipun istilah ini tidak identik dengan inovasi). Inovasi ini harus merupakan hasil pemikiran yang original, kreatif, dan tidak konvensional.
Kurikulum harus dipoles-didesain-dengan menjawab kebutuhan lokal masyarakat, dengan desain yang demikian telah menerapkan pendidikan life skill dan pendidikan karakter. Karena pendidikan karakter sebagai tujuan utama kurikulum 2013 adalah upaya yang dirancang dan dilaksanakan sistematis untuk membantu murid memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Allah dan sesama manusia yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasar norma-norma agama, hukum, tata krama, kultur serta adat istiadat. Sehingga masyarakat, peserta didik, sebagai customer (klien) merasa dimanusiakan dan potensi yang dimiliki dapat optimal dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Sa’dun, 2011. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Yogyakarta: Cipta Media.
Akbar, Sa’dun, 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Asmani, Ma’mur, Jamal, 2012. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal. Jogyakarta: DIVA Press.
Chatib, Munif, 2012. Gurunya Manusia. Bandung: Kaifa-PT. Mizan Pustaka.
Kulsum, Umi, 2011. Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis PAIKEM. Surabaya: Gena Pratama Pustaka.
Mahbubi,M.,2012. Pendidikan Karakter (Implementasi Aswaja Sebagai Nilai Pendidikan Karakter). Yogyakarta: Pustaka Ilmu.
Maimun, Agus, dkk.,2010. Madrasah Unggulan. Malang: UIN-Maliki Press.
Sahlan, Asmaun, 2010. Mewujudkan Budaya Relegius di Sekolah. Malang: UIN-Maliki Press.
Supriyatno, Triyo, 2009. Humanitas Spiritual dalam Pendidikan. Malang: UIN-Malang Press.
Yamin, Moh., 2012. Panduan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan. Jogyakarta: DIVA Press.
Zaini, Hisyam, dkk., 2004. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD-IAIN Sunan Kalijaga.
Sumber gambar google.
Tidak ada komentar