PERSPEKTIF HOLISTIK DALAM AGAMA, PENDIDIKAN DAN KEHIDUPAN
Oleh Khairul Azan, dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis
Perspektif holistik dapat dipahami sebagai cara pandang komprehensif dengan cara melihat segala sesuatunya memiliki keterkaitan dan sinergisitas yang berarti. Pandangan ini menuntut adanya satu kesatuan kerja dalam rangkaian beberapa unsur dan elemen.
Perspektif holistik mengarah pada pemahaman bahwa adanya benang merah antara agama, pendidikan dan kehidupan manusia. Ini perlu dipahami karena banyak pemahaman yang muncul saat ini seolah-olah tidak ada hubungan antara beberapa unsur di atas. Sehinga jadilah manusia yang hidup sesuai kehendak sendiri yang hanya berdasarkan pada logika semata.
Agama hadir sebagai sistem kehidupan yang mengatur tata keimanan atau kepercayaan kepada Tuhan yang diwujudkan dalam peribadatan dan tata hubungan kepada sesama manusia lewat kehidupan sosial di masyarakat. Agama sebagai pengatur lalu litas kehidupan manusia agar selalu berada pada jalur dan kodratnya sebagai manusia. Sebagai mana Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Adz Dzariyat ayat 56 yang artinya “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”.
Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa manusia adalah hamba yang memiliki keterbatasan dan serba kekurangan. Kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga.
Ya, Dia adalah Tuhan sang pemilik alam semesta dan seisi-isinya. Manusia bukan tuhan namun Tuhan adalah Allah SWT yang agung dan berkuasa atas mahkluk ciptaannya. Allah mebuat undang-undang kehidupan yaitu Al-Qur’an sebagai pedoman dan Hadist sebagai penjabaran dari isi Al-Qur’an dalam memaknai nilai-nilai kehidupan.
Keyakinan inilah yang menggiring manusia untuk mencari kedekatan diri dengan Tuhanya melalui penghambaan diri. Pengahambaan diri dimaknai dengan cara menerima fitrah sebagai manusia dan menajalankan apa yang menjadi ketetapan dan aturan yang telah Allah gariskan dalam Al-Quran sebagai firmannya.
Agar manusia tidak tersesat maka ikutilah norma yang bersifat komprehensif dan stabil yang telah Allah tetapkan tersebut. Karena Allah SWT jelas menegaskan dalam Firmannya QS. Al Mukminun ayat 115 bahwa “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”
Norma yang telah Allah tetapkan bukan sebatas formalitas namun pelajarilah dan cari tau. Proses mempelajari dan cari tau inilah yang disebut proses pendidikan. Pendidikan berusaha menterjemahkan norma yang Tuhan rumuskan agar manusia bisa memahaminya dan tidak tersesat jalan dalam menjalani kehidupan.
Pemahaman ini tak ubahnya seperti melewati perempatan jalan yang ada lampu merahnya. Namun karena ketidak ketuhuan kita dalam memahami simbol lalu lintas seperti hijau, merah dan kuning. Hijau berarti jalan, merah berarti berhenti dan kuning berarti hati-hati. Bisa saja kita menerobosnya meskipun lampu merah masih menyala yang berakibat pada kecelakaan. Begitulah cara memahami agama sebagai bagian dari kehidupan manusia.
Pendidikan sangat erat hubungannya dengan agama. Begitu juga sebaliknya tanpa agama dan pendidikan maka hampalah hidup manusia. Dengan agama akan melahirkan tujuan pendidikan yang sangat bermakna, sebab tujuan tersebut diwahyukan kepada Rasul yang berpangkal pada tujuan diciptakannya manusia. Begitu juga sebaliknya dengan pendidikan nilai-nilai suatu ajaran yang tertera dalam agama yang dianut salam satu Islam bisa diterjemahkan dan dimplementasikan dalam kehidupan manusia.
Konsep pendidikan harus dibangun dengan dasar agama sebagai pijakan. Agama sebagai sumber ilmu bagi manusia yang memandang pendidikan harus diselenggarakan selaras dengan tujuan agama. Ketika ini tidak dilakukan maka akan menyebabkan ketimpangan kehidupan manusia. Konsep pendidikan Islam harus harus dirumuskan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist sebagai pegangan.
Sehingga ketika ini diterapkan maka jadilah sebuah keutuhan yang memadukan agama, pendidikan dan kehidupan. Jadilah kehidupan yang rahmatan lil alamin. Inilah yang penulis maksud dengan perspektif holistik yang berusaha mencari benang merah antara agama, pendidikan dan kehidupan. wallahuaklam.
*Sumber gambar: Google
Tidak ada komentar