MENULIS ADALAH JENDELA ILMU
Oleh Khairul Azan, dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis.
Barangkali judul di atas terlihat hampir sama dengan kata-kata mutiara yang lazim kita dengar dan diucapkan bagi kaum intelektual yaitu “membaca adalah jendela dunia”.
Ya. Benar sekali. Mengapa membaca dikatakan sebagai jendela dunia karena dengan membaca kita bisa mengenal dunia dibelahan manapun yang begitu luas. Bisa saja selama ini kita belum pernah menginjakkan kaki, namun kita bisa memahami kehidupan masyarakat baik itu sosial, budaya, politik, ekonomi, agama dan pendidikan disuatu negara dengan hanya membaca. Sehingga bisa dikatakan membaca adalah sesuatu yang mejik.
Membaca memberikan ruang untuk memperluas wawasan dan pengetahuan. Membaca bukan hanya terbatas pada buku cetak yang kita kenal selama ini namun karena kecanggihan teknologi kita bisa membaca lewat berbagai media referensi online yang ada.
Jadi, itulah alasannya mengapa membaca dikatakan sebagai jendela dunia. Sekarang pertanyaannya mengapa penulis katakan bahwa menulis itu jendela ilmu?
Ada satu kata mutiara yang pernah penulis kutip pada tulisan sebelumnya yang menjadi salah satu sumber inspirasi bagi penulis yang mengatakan bahwa “Penulis yang baik, karena ia menjadi pembaca yang baik”. (Hernowo)
Berangkat dari kalimat mutiara tersebutlah penulis termotivasi untuk menuliskan judul tulisan “menulis itu jendela ilmu”. Mengapa demikian karena menulis tanpa membaca itu adalah omong kosong.
Dengan membaca akan membuat ruang otak terbuka lebar yang memberikan kesempatan kepada akal untuk mencerna dan memilih pilihan kata yang tepat karena pengetahuan tentang topik yang dikembangkan semakin luas.
Inilah pentingnya membaca sebagai bekal awal dalam menulis. Banyak orang yang ingin menulis tapi takut kehilangan kata-kata. Ini bisa terjadi karena salah satu faktornya adalah membaca yang belum dimaksimalkan.
Oleh karena itu banyaklah membaca dari mana saja sumber dan medianya. Kenapa demikian, karena kalau menurut Kuntowijoyo rumus menulis itu 3 M, yaitu: menulis, menulis, dan menulis, maka menurut penulis dalam perspektif lain menulis itu juga 3 M, yaitu: membaca, membaca, dan membaca.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa menulis adalah membaca, dan dengan membaca membuat kita bisa menulis. Sehingga dengan adanya tuntutan tersebut memaksa diri untuk terus membaca.
Inilah yang penulis katakan menulis adalah jendela ilmu. Karena pada dasarnya menulis itu adalah merangkai kata dalam susunan kalimat yang berbentuk bait hingga paragraf. Tulisan yang baik adalah tulisan yang bermakna. Bermaknanya sebuah tulisan karena bait demi bait, paragraf demi paragraf memiliki penekatan tentang topik yang dibahas.
Ketika kita ingin menekankan suatu pemahaman yang kita tulis, maka perlu penguat dari luar diri kita yaitu konsep orang lain yang bisa dikutip untuk menegaskan apa yang kita tulis dan menjadi filter apakah yang kita fikirkan itu benar atau tidak adanya.
Pada saat itulah kita dituntut untuk membaca referensi lain yang relevan dan barangkali selama ini belum kita ketahui, sehingga bertambah lagi ilmu dan pemahaman kita terhadap suatu teori dan begitulah seterusnya.
Contohnya jika penulis ingin menulis tentang literasi yang sama sekali tidak relevan dengan studi yang pernah penulis ambil dan tentunya sedikit sekali buku relevan yang dibaca. Mau tidak mau penulis harus banyak membaca lagi buku-buku tentang literasi, karena ketika tidak membacanya maka akan menghambat penulis untuk merangkai kata disebabkan keterbatasan ilmu dan pemahaman tentang topik literasi yang diangkat.
Tetapi meskipun kita terasa terpaksa namun dampaknya adalah kita bisa tau tentang literasi lebih luas lagi karena kita membaca dan memahaminya. Inilah yang penulis sebut “menulis itu jendela ilmu”.
Oleh karena itu berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa makna dari kaimat judul “menulis adalah jendela ilmu” secara sederhana dapat disimpulkan adalah penulis yang baik adalah pembaca yang baik.
Ketika rajin membaca maka luaslah ilmu dan pengetahuan dari sang penulis. Ketika ilmu dan pengetahuan telah luas maka tidak akan sulit untuk merangkai kata yang berujung pada menulis produktif yang dilakukan secara rutin setiap hari.
Inilah pengalaman pribadi yang dirasakan semoga bermanfaat. Aminnn...
Sumber gambar dari google.
Tidak ada komentar