IDENTIFIKASI KEMAMPUAN DIRI DALAM MENULIS
Oleh Khairul Azan, dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis
Ada sesuatu yang menarik ketika penulis membaca status salah seorang sahabat di media sosial tentang hakikat seorang penulis. Ia bertanya dengan membuat judul tulisannya tentang “Penulis, dilahirkan atau diciptakan?”. Singkat cerita tulisan itu dibuatnya karena ada sedikit keraguan ketika ia mendengar tanggapan dari temannya yang mengatakan “Kamu punya bakat, karenanya kamu bisa menulis seperti itu. Kalau saya, ah, mana bisa ....”.
Berangkat dari cerita di atas penulis ingin sedikit memberikan tanggapan berdasarkan pengalaman yang dialami bahwa pada dasarnya kita semua adalah seorang penulis. Hanya saja apakah menjadi seorang penulis yang baik atau tidak inilah yang perlu kita tanyakan kepada diri masing-masing.
Dengan bermodalkan pada sesuatu yang telah ada ketika kita lahir kedunia maka jika bertanya apakah penulis itu dilahirkan atau diciptakan?, jawabannya adalah kedua-duanya benar. Menjadi penulis dalam makna dilahirkan dapat dipahami bahwa setiap manusia yang terlahir kedunia ini telah memiliki kemampuan untuk menuliskan sesuatu.
Menulis itu pada dasarnya seperti kita berkomunikasi dengan seseorang tentang suatu permasalahan dan di dalamnya ada ide dan gagasan yang disampaikan. Begitu juga dalam menulis. Hanya saja yang menjadi pembeda jika pada penjelasan sebelumnya komunikasi yang terjadi bersifat langsung namun dalam menulis kita diajak berkomunikasi tidak secara langsung kepada seseorang melainkan melalui media yang disebut tulisan.
Sehingga menulis itu bukan sesuatu yang terlau sulit bukan. Tuangkan saja apa yang sedang dipikirkan dan ingin disampaikan dalam bentuk tulisan. Seperti ungkapan kata-kata bijak “Rekamlah suara anda selama satu minggu tanpa henti kemudian degarlah. Anda akan segera tersadar, bahwa banyak hal yang bisa anda tulis”.
Lebih lanjut pemahaman penulis itu perlu diciptakan bahwa jika ingin menjadi penulis yang baik maka mulailah menulis. Karena ketika keinginan menjadi penulis hanya sebatas angan-angan belaka maka tak ubahnya seperti keinginan bisa mengendarai sepeda motor tapi tidak pernah mencobanya. Padahal semua orang punya bakat untuk mengendarai sepeda motor bahkan sekalipun ia cacat dari sisi fisik seperti tidak punya kaki dan lain-lain. Begitulah menulis, kita tidak akan tau bisa menulis atau tidak disaat kita tidak mau memulainya.
“Menulis adalah mencipta, dalam suatu penciptaan seseorang mengarahkan tidak hanya semua pengetahuan, daya, dan kemampuannya saja, tetapi ia sertakan seluruh jiwa dan nafas hidupnya”. (Stephen King).
Menulis adalah potensi diri yang takkan muncul ketika tidak diangkat kepermukaan. Banyak cara mengetahui apakah kita bisa menulis dan bisa menulis, diantaranya terlihat dari sisi input, proses dan hasil.
Input
Ketika melihat teman lain bisa menulis dan ada semacam dorongan dari dalam diri untuk bisa menjadi seperti dia dan mereka maka bersyukurlah bahwa kita masih punya bekal awal (input) untuk menjadi seorang penulis produktif. Itu mengidikasikan bahwa sebenarnya kita punya keinginan namun belum berani melakukan karena masih ada kegalauan.
Proses
Ketika telah muncul dorongan dari dalam diri maka segeralah menulis. Jangan berlama-lama dalam kegalauan. Karena kegalauan tidak akan menjadikan kita sebagai seorang penulis produktif. Tulislah susuatu yang ringan dan jangan pikirkan bagus atau tidaknya apa yang kita tulis. “Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kau ketahui. Tulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri”. (J.K. Rowling)
Hasil
Ketika kita telah mampu menulis dan mengasilkan beberapa halaman maka mintalah teman atau sebarkan kemedia sosial yang kita miliki untuk bisa dibaca orang lain. Ketika banyak yang menanggapi itu menunjukkan bahwa kita bisa menulis. Terlepas dari tanggapan dalam bentuk kritikan atau saran maupun memberikan ucapan selamat. Teruslah menulis dan menulis lagi. Jadikan kritikan dan saran dari orang lain tersebut sebagai pemupuk motivasi untuk bisa menulis lebih baik lagi dan lagi. Tetaplah konsentrasi dan konsentrasi. Karena penulis yang baik adalah penulis yang menjaga konsentrasinya dengan baik.
Sehingga menulis itu bukan sesuatu yang terlau sulit bukan. Tuangkan saja apa yang sedang dipikirkan dan ingin disampaikan dalam bentuk tulisan. Seperti ungkapan kata-kata bijak “Rekamlah suara anda selama satu minggu tanpa henti kemudian degarlah. Anda akan segera tersadar, bahwa banyak hal yang bisa anda tulis”.
Lebih lanjut pemahaman penulis itu perlu diciptakan bahwa jika ingin menjadi penulis yang baik maka mulailah menulis. Karena ketika keinginan menjadi penulis hanya sebatas angan-angan belaka maka tak ubahnya seperti keinginan bisa mengendarai sepeda motor tapi tidak pernah mencobanya. Padahal semua orang punya bakat untuk mengendarai sepeda motor bahkan sekalipun ia cacat dari sisi fisik seperti tidak punya kaki dan lain-lain. Begitulah menulis, kita tidak akan tau bisa menulis atau tidak disaat kita tidak mau memulainya.
“Menulis adalah mencipta, dalam suatu penciptaan seseorang mengarahkan tidak hanya semua pengetahuan, daya, dan kemampuannya saja, tetapi ia sertakan seluruh jiwa dan nafas hidupnya”. (Stephen King).
Menulis adalah potensi diri yang takkan muncul ketika tidak diangkat kepermukaan. Banyak cara mengetahui apakah kita bisa menulis dan bisa menulis, diantaranya terlihat dari sisi input, proses dan hasil.
Input
Ketika melihat teman lain bisa menulis dan ada semacam dorongan dari dalam diri untuk bisa menjadi seperti dia dan mereka maka bersyukurlah bahwa kita masih punya bekal awal (input) untuk menjadi seorang penulis produktif. Itu mengidikasikan bahwa sebenarnya kita punya keinginan namun belum berani melakukan karena masih ada kegalauan.
Proses
Ketika telah muncul dorongan dari dalam diri maka segeralah menulis. Jangan berlama-lama dalam kegalauan. Karena kegalauan tidak akan menjadikan kita sebagai seorang penulis produktif. Tulislah susuatu yang ringan dan jangan pikirkan bagus atau tidaknya apa yang kita tulis. “Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kau ketahui. Tulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri”. (J.K. Rowling)
Hasil
Ketika kita telah mampu menulis dan mengasilkan beberapa halaman maka mintalah teman atau sebarkan kemedia sosial yang kita miliki untuk bisa dibaca orang lain. Ketika banyak yang menanggapi itu menunjukkan bahwa kita bisa menulis. Terlepas dari tanggapan dalam bentuk kritikan atau saran maupun memberikan ucapan selamat. Teruslah menulis dan menulis lagi. Jadikan kritikan dan saran dari orang lain tersebut sebagai pemupuk motivasi untuk bisa menulis lebih baik lagi dan lagi. Tetaplah konsentrasi dan konsentrasi. Karena penulis yang baik adalah penulis yang menjaga konsentrasinya dengan baik.
Tidak ada komentar