Pendidikan Itu Seperti Menanam Semangka
Oleh Khairul Azan, dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis.
Pendidikan dan peradaban manusia memiliki hubungan yang tak terpisahkan. Usia pendidikan sama tuanya dengan kehadiran manusia di muka bumi ini. Pendidikan diyakini sebagai modal bagi manusia dalam menjalani kehidupan di masa mendatang ke arah yang lebih baik, di mana dengan pendidikan manusia mampu berfikir secara maksimal sebagai makhluk yang berakal.
Dengan maksimalnya manusia dalam menggunakan akalnya maka akan mampu menggerakkan fungsi organ tubuh lainnya dalam bertindak dan berbuat kearah yang positif. Secara definisi pendidikan diartikan sebagai segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup (Mudyahardjo, 2008). Pengertian tersebut memberikan makna bahwa pendidikan itu adalah kehidupan itu sendiri. Dengan pendidikan manusia mampu bertahan hidup dan dari kehidupan, manusia diajarkan tentang nilai-nilai pendidikan dalam memahami kehidupan.
Oleh sebab itu maka seharusnyalah pendidikan ditempatkan pada posisi prioritas yang perlu diperhatikan dalam pembangunan bangsa ke arah yang lebih dewasa. Secara aturan sistem pendidikan di Indonesia terbagi ke dalam tiga ranah, yaitu pendidikan formal yang diselenggarakan di sekolah, pendidikan informal yang dileselenggarakan dalam keluarga dan pendidikan non formal yaitu pendidikan yang diseleggarakan di lingkungan masyarakat (UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003).
Ketiga ranah pendidikan di atas disebut sebagai sistem yang membentuk satu kesatuan yang terpisahkan. Antara satu bagian dengan bagian lainya harus saling berkontribusi danberjalan dengan baik. Ketika satu bagian saja tidak berjalan dengan baik maka akan mempengaruhi bagian lainnya, itulah sistem.
Berbicara pendidikan ada beberapa hal yang perlu kita pahami dan luruskansecara bersama dalam konteks permasalahan pendidikan di Indonesia. Beberapa permasalahan yang muncul diantaranya adalah:1) Masih banyak pemikiran yang lahir dari masyarakat kita bahwa pendidikan bagi anak mereka merupakan tanggungjawab sekolah. 2) Disamping itu masih ada juga pemahaman bahwa pendidikan itu tidaklah penting. Tentunya ini adalah pemahaman yang keliru yang perlu diluruskan. Untuk menjawab permasalahan tersebut kiranya penulis ingin mencoba memberikan pemahaman lewat sebuah analogi seperti judul tulisanyang dikemukakan yaitu “Pendidikan Itu Seperti Menanam Semangka”.
Barangkali kalimat di atas terkesan sedikit aneh dan menimbulkan beberapa pertanyaan. Namun perlu diketahui bahwa pendidikan itu pada dasarnya bermula dari tidak tahu menjadi tahu dan dari interaksi dengan lingkungan sekitar kita baik sesama manusia maupun makhluk lainnya seperti tumbuhan, binatang dan lainnyajuga bisa dijadikan nilai-nilai pendidikan.
Oleh karena itu, bertolak dari kalimat “Pendidikan Itu Seperti Menanam Semangka” jika dihubungkan dengan beberapa permasalahan pendidikan seperti yang dikemukakan, maka banyak nilai-nilai pendidikan yang bisa kita petik. Di antaranya penulis ingin menjelaskan dari tiga tahapan dalam menanam semangka, yaitu dari tahap menanam biji sebagai input, tahap merambat sebagai proses dan buah sebagai ouput.
Pertama, tahap menanam biji. Bagian ini menjelaskan bahwa ketika seorang petani ingin menanam semangka, maka terlebih dahuluia harus memiliki biji semangka dan memilihnyauntuk ditanam. Jika ingin mendapatkan semangka yang manis maka harus memilih biji yang berkualitas. Begitu juga dengan pendidikan. Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh input pendidikan yaitu lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarkat yang berkualitas. Lingkungan sekolah yang berkualitas dipengaruhi oleh guru yang berkualitas dan sumber daya non manusia yang juga berkualitas. Disamping itu lingkungan keluarga yang berkualitas dipengaruhi oleh orang tua yang berkualitas dalam artian memiliki pengetahuan dan menyadari sepenuhnya tentang fungsi ayah dan ibu dalam mendidik anak. Lebih lanjut, lingkungan yang berkualitas dipengaruhi oleh pemahaman pendidikan yang muncul dalam struktur sosial dimasyarakat.
Kedua, tahap merambat sebagai sebuah proses. Tahapan ini mengajarkan kepada kita bahwa segala sesuatu yang kita lakukan tak terkecuali keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari yang namanya proses. Tahapan demi tahapan dilalui. Dari biji menjadi kecambah, dari kecambah tumbuhlah daun, dari daun tumbuhlah batang yang merambat kemana-mana. Disamping itu jika ingin mendapatkan hasil yang memuaskan maka petani harus menyiramnya supaya tidak kekeringan, membersihkan dan memupuknya. Begitu juga pendidikan. Keberhasilan pendidikan bukan sesuatu yang serba instan melainkan sebuah proses. Jika ingin mencapai keberhasilan pendidikan maka perlu dukungan dan kontribusi dari berbagai kalangan, ada sekolah, ada orang tua dan masyarakat. Semuanya saling bekerjasama. Sehingga kurang bijak kiranya jika masih ada orang tua yang berfikiran bahwa pendidikan bagi anaknya masing-masing merupakan tanggung jawab sekolah.
Ketiga. Buah sebagai output. Bagian ini mengajarkan kepada kita bahwa hasil atau dampak dari pendidikan itu bukanlah dirasakan langsung oleh anak didik atau terlihat perubahannya pada saat kita seorang guru mengajarkan kepada anak tentang suatu pengetahuan atau pada saat orang tua mengajarkan suatu kejujuran dan ketikan lingkungan masyarakat mengajarkan nilai-nilai sosial dalam kehidupan. Namun dampak atau hasilnya terlihat jauh kedepan pasca pengetahuan itu diberikan. Begitulah dampak pendidikan. Seperti memanen semangka dengan hasil yang memuaskan dengan rasanya manis dan buah yang besar. Rasa yang manis dan buahnya yang besar tersebut bukanlah dihasilkan ketika dimana biji ditanam disitulah buahnya muncul, tidaklah seperti itu. Namun buahnya jauh dari biji yang di tanam karena proses pertumbuhan yang memakan waktu beberapa lama dan merambat sampai kemana-kamana. Jadi sekali lagi dampak pendidikan itu terlihat perubahannya bersifat jangka panjang setelah mengalami beberapa tahapan. Bahasa sederhananya apa yang anak kita pelajari hari ini dampaknya bukan pada saat mereka mempelajarinya melainkan mempersiapkan kedewasaan diri dimasa depan.
Tidak ada komentar